KESAN DIBALIK PROGRAM PENGABDIAN KE MASYARAKAT - Septi Journey
bina desa di kampung legok awi, sodong hilir, kab. tasikmayala
Ini adalah sebuah kesan saya ketika melaksanakan tugas pengabdian masyarakat di sebuah desa.
Lahir di Ibu Kota Jakarta dengan segala macam yang keliahatannya hebat.
Satu hal yang aku sayangkan selama hidup di Ibu kota yang kurkira sudah sempurna.
Yaitu kebersama antara warga dengan semangat kekeluarga yang membuat orang kota pasti akan iri.
Jika selama ini menyapa tetangga adalah sebuah hal yang cagung,
Jika selama ini hanya untuk berkumpul susah dan harus menunggu beberapa hari,
Jika selama ini untuk berpergian terasa dekat,
Jika selama ini cuek terhadap orang asing bahkan melihat sinis dengan curiga,
Jika selama ini….
Sudahlah banyak hal yang harus disebutkan kesan kesan hidup di Ibu kota
Sudah sekitar 1 tahunan lebihlah aku mengenal kampung baru ku!
Terletak didaratan pariangan timur dengan medan perjalanan cukup menguras tenaga, jika menggunakan kendaraan sekitar 3jam jarak dari Kota Tasikmalaya. Nama kampungnya adalah LegokAwi terletak di kecamatan Sodong Hillir Kabupaten Tasikmalaya.
Kegelisahan awal ketika menginjakan kaki disana adalah rumah yang tidak ada kamar mandi, warga disana masih mengandalkan “helicopter” –tempat buang air yang dibawahnya langsung empang, biasanya disebut jamban—. Apa yang dipikiran saat itu adalah bagaimana bisa? Apakah nyaman?. Untuk mandi mereka juga di luar rumah, jadi mereka membuat bilik yang khusus dibuat untuk mandi atau bersih bersih lainya. Jadi, untuk buang air harus di Helicopter itu.
Kondisi seperti itu sudah belalu –walaupun masih ada yang menggunakannya saat ini-- hingga satu tahun silam mungkin semenjak organisasiku kala itu memberika 2 Closet jongkok kepada mereka. Saat ini mereka telah memiliki banyak WC dan semoga aja akan membuat warga kampung semakin nyaman hidupnya!!
Disana aku selalu tidur dirumah salah satu warga, mereka sangat baik terhadap orang luar yang mereka pun belum kenal. Mereka menyapa, tersenyum dengan lebar, serta memberika apapun yang mereka punya untuk menjamu tamu-tamu luarnya ini.
Nyaman!!! Kata itu yang menggambarkan perasaan ku saat itu,
Tak peduli harus buang air besar dimana,
Tak peduli seberapa dalam kampungnya,
Tak peduli harus tidur beralaskan tiker saja dan bantal,
Tapi keramahan mereka membuat siapapun yang kesana pasti akan merasa NYAMAN. Itulah Salah satu hal berharga yang harus kita ditiru. Menjadikan aku seseorang yang malu! Sangat malu dengan perilaku yang ku punya sebelumnya. Sadar akan pentingnya memiliki sifat yang ramah dan sadar bahwa pepatah tamu adalah raja memiliki manfaat dan membuat tamu nyaman terhadap sang pemilik tempat tinggal.
Mereka sadar bahwa aku tidak mengerti Bahasa mereka, yang aku khawatirkan adalah perilaku aku mungkin akan membuat mereka kecewa atau marah. Tapi syukurlah ketika dijelaskan dari awal dari mana asalku mereka mengerti. Namun, aku tidak akan cuek begitu saja berlagak sombong karena berasal dari kota. Justru aku berusaha keras dan mencotoh perilaku mereka. Ini lah yang aku anggap sebagai Pendidikan Informal dari para warga LegokAwi. Ketika mereka menganggap perilaku orang kota sudah lebih baik dari mereka. Dengan lantang dalam hati aku katakan “TIDAK” karena ketulusan mereka yang menurutku lebih baik disbanding orang kota –tidak semua orang kota jelek kok perilakunya hehe--- .
Jujur aku adalah manusia yang apatis. Suka gak peduli dengan hal-hal sekitar namun semenjak mengenal LegokAwi aku sadar bahwa manusia yang hakekatnya adalah adalah makhluk sosial tidak bisa lepas begitu saja dengan keadaan sekitar. Peduli kepada teman dan peka terhadap gejala sosial disekitar itu penting banget!!!!
Begitulah sedikit cerita dari segudang pengalaman dan ilmu oleh oleh yang kubawa dari Kampung baruku!!
Komentar
Posting Komentar